LOGIKA
A.
PENGERTIAN
LOGIKA
Secara etimologis, logika adalah istilah yang
dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos, berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal
(pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos,
berarti mengenal kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan
lewat bahasa. Dalam
bahasa Arab dikenal dengan kata ‘Mantiq’
yang artinya berucap atau berkata. Dengan demikian, dapatlah dikatakan
bahwa logika adalah suatu
pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa.
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin:logica
scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan
untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk
mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan
pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga
diartikan dengan masuk akal.
Menurut Mundiri dalam bukunya
tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan
hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah (diambil dari definisi Irving M. Copi). Sedangkan Poespoprojo menuliskannya
sebagai ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat ( the science and art
of correct thinking ). Olson tidak membahas mengenai logika dan ilmu menalar
sama sekali.
Logika adalah ilmu pengetahuan dan
keterampilan berpikir lurus. Tt, (1999 :71)
Ø Logika adalah
suatau pertimbangan akal atau pikiran yang diatur lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Jan Hendrik Rapar, (1996 : 5)
Ø Logika adalah
ilmu dan kecakapan menalar, berpikir dengan tepat.W. Poespoprodjo, Ek. T.
Gilarso. (2006: 13)
Ø Logika adalah
suatu metode atau teknik yang diciptakan untuk meneliti ketepatan nenalar.
Soekadijo, (1983-1994: 3)
Ø Aristoteles
: logika adalah ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah
membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang
menguasai pikiran.(Harun, 1980) Surajiyo, Sugeng Astanto, Sri Andiani(…..:10)
Ø William
Alston : logika adalah studi tentang penyimpulan, secara lebih
ceramat usaha untuk mennetapkan ukuran-ukuran guna memisahkan penyimpulan yang
sah dan tidak sah.Surajiyo, Sugeng Astanto, Sri Andiani(…..: 9)
B. Tempat
Logika dalam Peta Ilmu Pengetahuan
Aristoteles
(384-322 SM) membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelas atau tiga kelompok
sebagai berikut :
1. Filsafat
Spekulatif atau Filsafat Teorites, yang bersifat objektif dan bertujuan pengetahuan demi pengetahuan itu sendiri. Kelompok ini terdiri dari atas
fisika, metafisila, biopsikologi, dan teologia.
2. Filsafat
Praktika, yang member pedoman bagi tingkah laku manusia. Kelompok ini terdiri
atas etika dan politik.
3. Filsafat
Produktif, yang membimbing manusia menjadi produktif lewat ketrampilan khusus.
Kelompok ini terdiri dari atas kritik sastra, retrotika, dan estetika.
C. Logika
Tradisional dan Logika Modern
Logika modern atau logika
simbolik, Karena menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik, hanya
sanggup membahas hubungan antara tanda-tanda itu, padahal realitas tak mungkin
dapat ditangkap sepenuhnya dan setepat-tepatnya oleh simbol-simbol matematik.
Logika tradisoinal membahas dan mempersoalkan definisi, konsep, dan term menurut struktur, susunan dan nuansanya, serta seluk-beluk penalaran untuk memperoleh kebenaran yang lebih susuai dengan realitas.
Logika tradisoinal membahas dan mempersoalkan definisi, konsep, dan term menurut struktur, susunan dan nuansanya, serta seluk-beluk penalaran untuk memperoleh kebenaran yang lebih susuai dengan realitas.
D. Kegunaan
Logika
Ada empat kegunaaan logika, yaitu :
1.
Membantu setiap orang yang
mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tepat, tertib, metodis, dan koheren.
2.
Meningkatkan kemampuan berpikir secara
abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasa dan meningkatkan
kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.
Meningkatkan cinta akan keberanian dan
menghindari kekeliruan kesesatan.
E.
Logika Sebagai Ilmu Pengetahuan
Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan
dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran)
dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi
ketepatannya.
F.
Logika Sebagai Cabang Filsafat
Logika adalah sebuah cabang filsafat yang
praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha
untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf
Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi,
tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa dihindarkan dalam proses
hidup mencari kebenaran
G.
Dasar-dasar Logika
Konsep bentuk logis adalah
inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas)
sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal
ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara
kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika
silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah
contoh-contoh dari logika formal.
Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni
deduktif dan induktif. Penalaran deduktif—kadang disebut logika deduktif—adalah penalaran yang membangun atau
mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari
kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Argumen deduktif
dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen
deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan
konsekuensi logis dari premis-premisnya.
Contoh
argumen deduktif:
1.
Setiap mamalia punya sebuah jantung
2.
Semua kuda adalah mamalia
3.
∴Setiap
kuda punya sebuah jantung
Penalaran induktif—kadang
disebut logika induktif—adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian
fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.
Contoh
argumen induktif:
1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
5. …
6. ∴Setiap
kuda punya sebuah jantung
Tabel
di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif
dan deduktif.
Deduktif
|
Induktif
|
Jika
semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
|
Jika premis benar, kesimpulan
mungkin benar, tapi tak pasti benar.
|
Semua
informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit,
dalam premis.
|
Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan
secara implisit, dalam premis.
|
Source
:
Komentar
Posting Komentar